Saling caci, saling tahdzir, serta saling tidak menghormati hanya karena perbedaan mazhab fikih membuktikan umat Islam memang tengah dilanda suatu penyakit. Yang oleh Prof. Naquib Al-Attas sebut sebagai 'hilangnya adab' (loss of adab).
Hilangnya adab terjadi karena kita, sebagai muslim, gagal berlaku inshof (pertengahan). Kita tidak berhasil mendudukkan persoalan fikih pada tempat dan porsi yang seharusnya. Satu waktu kita menganggap perbedaan fikih sebagai perbedaan akidah, di waktu lain kita bertindak sebaliknya.
Lebih parah lagi, makna Islam mengalami pengerdilan. Islam dipahami secara sempit menjadi fikih. Fikih disempitkan lagi menjadi hadis. Hadis dikecilkan lagi menjadi hanya hadis sahih. Hadis dhaif pun terkadang dicap hadis maudhu. Padahal hadis dhaif masih bisa dipakai, walau syarat dan ketentuannya berlaku.
Dalam pemikiran Islam, setidaknya ada empat struktur yang derajatnya tentu berbeda.
Struktur pemikiran Islam paling pertama ialah Islamic Worldview. Istilah ini, secara sangat sederhana, dapat dipahami sebagai pandangan Islam mengenai wujud dan realitas (rukyatul Islam lil wujud).
Unsur fundamental dalam pandangan hidup Islam, menurut Dr. Ugi Suharto, meliputi sembilan hal: 1) hakikat Tuhan, 2) hakikat wahyu, 3) hakikat ciptaan-Nya, 4) hakikat manusia, 5) hakikat ilmu, 6) hakikat agama, 7) hakikat kebebasan, 8) hakikat nilai dan kebajikan, 9) serta hakikat kebahagiaan.
Berbicara mengenai Islamic Worldview, berarti kita berbicara bahwa Allah itu Esa, Al-Qur'an adalah Wahyu Allah, dan sebagainya.
Struktur kedua yaitu Kalam. Kalam, lagi-lagi secara amat sederhana, bisa diartikan dengan cara mengungkapkan pandangan hidup melalui perkataan. Misalnya kita tahu Allah itu berada di Arsy, tetapi bagaimana bentuk Arsy? Interpretasi dalam pemikiran Kalam akhirnya melahirkan perbedaan, yang kemudian melembaga. Ada Mu'tazilah, Asyariyah, Qadariyah, dan lainnya.
Struktur ketiga ialah fikih dan ushul fikih. Pada tataran ini, strukturnya telah menyangkut segi amaliyah.
Masalahnya, konflik di bagian ini bisa membesar lantaran sebagian orang menganggapnya sebagai perbedaan level akidah, bahkan worldview. Masalah furu' dianggap sebagai masalah pokok.
Struktur terakhir adalah siyasah dan kemasyarakatan. Meski berada di struktur terbawah, perbedaan di tataran ini dapat lebih destruktif dibandingkan perbedaan di struktur pemikiran lain.
Dengan memahami perbedaan struktur ini, menurut Dr. Ugi Suharto, seharusnya umat Islam dapat lebih mudah bersatu meski berbeda mazhab. Dengan bersikap inshof, kita dapat berlaku adil bahkan mengambil manfaat dari pandangan orang lain.
Cukuplah memaknai perbedaan fikih berdasarkan strukturnya. Jangan dipanjang-panjangkan seolah itu adalah perbedaan akidah sehingga kita mudah mencap orang lain sebagai ahli bid'ah dan sejenisnya.
Allahu a'lam.
0 comments:
Post a Comment