Cinta itu buta, Nak. Kamu lihat saja Putri Mako. Cucu tertua Kaisar Akihito itu rela melepas gelarnya demi sang kekasih. Tak apa menjadi warga biasa, asal hidup bersama pujaan hati.
Tapi itu belum seberapa, Nak. Bertahun-tahun silam ada lagi cinta yang lebih "buta".
Sebuta Bilal bin Rabah yang tubuhnya tertimpa batu besar, terlentang di atas tanah tandus, dijemur dalam panas nan terik. Tapi keimanannya tak goyah. Hanya perlu satu kata untuk membuatnya bertahan, "Ahad!"
Cinta itu buta, Nak. Sebuta Mush'ab bin Umair. Lelaki tampan nan parlente yang rela menjadi papa demi hijrah bersama Sang Nabi. Maka para sahabat menemukannya syahid sebakda Perang Uhud dengan sehelai kain. Yang bila kakinya ditutup, wajahnya masih tampak. Yang jika wajahnya ditutup, justru kakinya yang terlihat.
Cinta itu buta, Nak. Sebuta Sayyid Quthub di depan tiang gantungan. Ketika datang tawaran menduduki jabatan dalam pemerintahan tiran. Ketika datang jaminan kebebasan. Ia justru teguh, "Telunjuk seorang mukmin yang selalu diangkat saat shalat, sebagai bentuk pengakuannya terhadap ketauhidan Rabbul Alamin, tak selayaknya menulis sesuatu yang dapat menyebabkan murka-Nya."
Benarlah, Nak. Cinta itu memang buta. Tapi butalah pada dunia dan segala kenikmatan fana. Terjagalah pada tujuan yang hakiki serta kemenangan sejati.
0 comments:
Post a Comment