Nulis Suka-Suka

Tahan



Sepertinya di era media sosial ini, menahan diri untuk tidak berkomentar adalah seni yang rumit. Keahlian yang membutuhkan teknik tinggi. Latihannya tiada henti. Bahkan mungkin hanya dimiliki oleh orang-orang dengan bakat tertentu.
Betul kata Ust. Salim A. Fillah, bisakah kita tidak mengeluarkan satu kata pun saat kesempatan itu datang? Ah, berat. Sungguh berat.
Kesempatan untuk terus menyerocos, padahal perkaranya tidak penting. Kesempatan untuk terus berbicara, padahal justru menimbulkan perdebatan. Kesempatan untuk terus berucap, padahal bisa jadi memunculkan perpecahan.
Sekali lagi, ini memang seni yang rumit. Sebab kita hidup di zaman ketika jempol lebih cepat mengetik daripada otak berpikir. Berbicara lebih didahulukan daripada merenung.
Untuk sepersekian detik, kita lupa bahwa ada kata-kata yang tampak tidak berbahaya, namun mengantar pengucapnya terjungkal ke neraka. Na'udzubillahi min dzalik.
Share:

0 comments:

Post a Comment