Ada orang yang kata-katanya begitu indah. Orasinya mantap. Kalimatnya padat lagi jelas. Temponya teratur. Semangatnya menggebu.
Namun, lisannya tak membuat ingat pada Allah. Kosong, bahkan kering. Tak menghadirkan spirit perubahan pada telinga-telinga yang mendengarnya.
Ada orang yang gaya bicaranya biasa saja. Tidak spesial. Diksinya standar.
Tapi sekali lidahnya berucap, hidayah seolah menyapa. Surga dan neraka seakan tampak di depan mata. Jiwa yang menyimaknya terasa tenang. Hati pun tak lagi resah. Nurani juga menyala.
Sebab bagi Abul Hasan Ali An-Nadwi, kata adalah sepotong hati.
Nilai sebuah kata tergantung pada kondisi hati. Pada keadaan ruhiyah kita. Itulah mengapa kita bisa nyaman berlama-lama menyimak ceramah Aa Gym, bahkan mengamalkan apa yang dinasihatkan olehnya. Walaupun ia tidak mengajak kita loncat-loncat, pegang dagu, atau pakai musik tertentu.
Tools perlu, tapi ruhiyah harus dibenahi dahulu.
0 comments:
Post a Comment