Nulis Suka-Suka

Ikhlas


Mengukur ikhlas atau tidak itu mudah.
Salah satunya ketika amal tetiba bertambah di tengah banyak orang. Ibadah kian giat kala banjir sanjungan. Berkebajikan semakin semangat bila beroleh pujian. Memperindah laku demi tepuk tangan kawan-kawan.
Namun, tatkala sendiri, amal mengendur. Ibadah mulai libur. Berkebajikan tak lagi siap tempur. Laku berubah buruk sebab menyangka takkan ada yang menegur.
Apalagi jika merasa usaha dan kerja kerasnya tak dihargai. Ngambek. Baper. "Mendingan nggak usah ngerjain ini-itu, wong nggak dianggap," keluhnya.
Padahal, barangkali Salim A. Fillah itu benar. Memang ikhlas mungkin saja bak permata, emas, atau mutiara. Perlu diasah, dibakar, serta dicari terus-menerus. Walau di tengah proses itu, ada jiwa yang terluka, hendak dikelupas dari segala noda. Sampai akhirnya tampak jelas kemurniannya serta jernih kemilaunya.
Share:

0 comments:

Post a Comment