Nulis Suka-Suka

4 Jeruji Tradisi dalam Organisasi



Kamu sudah berapa lama ikut organisasi? Sudah sampai mana capaian targetnya? Jangan-jangan mandek, bahkan mundur. Malah, jangan-jangan justru kamu sendiri nggak bisa menilai apakah target organisasi itu ada progress-nya atau tidak.
Yang lebih buruk, kamu tahu nggak sih sebenarnya "bangunan" apa yang hendak dibangun oleh organisasimu?
M. Elvandi, seorang penulis sekaligus pakar organisasi, pernah mengungkapkan salah satu kesalahan fatal organisasi. Sayangnya kesalahan ini justru berulang dan tidak kunjung disadari para anggotanya,
Ialah FANATISME TRADISI. Sebuah fanatisme yang menciptakan jeruji dalam pikiran manusia. Sehingga menutup mata, telinga, dan semua sumber pembelajaran manusia dari kebenaran.
Jeruji tradisi ini tergambar dalam empat fenomena yang kera ditemukan dalam organisasi.


Pertama, HABIT BOUND THINKING
Yakni ketika setiap anggota organisasi menjadikan kebiasaan senior sebagai ukuran kebenaran. Saat itu hanya menunggu waktu sampai organisasi mengalami kebuntuan ide, produktivitas pikiran baru, serta mencukupkan diri dengan gaya para pendahulu.

Kedua, CONFORMITY
Anggota organisasi memang tidak mencukupkan diri dengan capaian pendahulu. Tetapi ketika tantangan zaman meminta solusi, mereka tidak berkreasi kecuali dengan sudut pandang, langkah, dan taktik generasi senior dalam persoalan yang sama. Mereka hanya mengulangi program sepuluh tahun yang lalu, sewindu lalu, atau seabad lalu. Mereka terkungkung dalam paradigma lama dengan ANGGAPAN program itu pernah berhasil dulu.

Ketiga, CHANGE RESISTANCE
Ketika ide-ide baru bermunculan, serta konsep dan strategi mutakhir berkelindan, semua itu justru ditolak dengan dalih, "Cara ini baru dan tidak kita kenal. Mengapa harus kita coba, bahkan mengapa harus kita dengarkan?"

Keempat, ANTI CRITICISM
Fenomena yang lebih berat lagi ialah saat anggota organisasi tidak cukup kokoh menerima hantaman kritik. Kritik atas langkah dakwahnya, kritik atas capaian targetnya, hingga kritik atas kemandulan karyanya.

Semua fenomena di atas menunjukkan betapa banyak anggota organisasi yang berdarah segar, tapi berakal tua nan rapuh analisis dan miskin strategi baru? Terutama saat mereka menganggap bahwa keberhasilan para senior adalah satunya-satunya teladan. Ukuran mutlak yang wajib diikuti.
Apabila fenomena-fenomena ini ditemukan dalam sebuah organisasi, maka tertutuplah sudah semua pintu pembelajaran. Para anggotanya hanya mengulang ide dan program para senior tanpa kritik dan analisis.
"Apakah program tersebut benar-benar berhasll?"
"Apakah kegiatan itu ada dampaknya?"
"Apakah target kita tercapai melalui aktivitas tersebut? Atau jangan-jangan sebetulnya organisasi kita tidak punya TARGET BESAR?"
Hanya berkerumun, tidak beraturan, dan tak tahu hendak ke mana.
Share:

0 comments:

Post a Comment