Mereka memang sahabat Sang Nabi, tetapi toh mereka tetap manusia biasa. Rasa iri terhadap pembagian harta yang dianggap "tidak adil" terkadang pula berbisik pada celah-celah jiwa insani mereka. Namun, kelak kita kan tahu bahwa mereka adalah bagian dari sebaik umat. Dan Rasul yang berada di tengah-tengah mereka sungguh sebenar-benar manusia mulia.
Siapa yang tak meradang?
Semua orang tahu, Ansharlah yang menjaga Nabi dan kaum Muhajirin ketika pertama kali datang di Madinah. Ansharlah yang menyambut mereka seusai hijrah yang melelahkan. Ansharlah yang menampung mereka saat papa itu menggeliat di sekujur tubuh.
Tetapi apa yang mereka peroleh di Perang Hunain? Tidak secuil harta pun.
Sedangkan Abu Sufyan dari Mekkah mendapat jatah empat puluh Uqiyah (satu Uqiyah setara empat puluh dirham) dan seratus ekor Unta. Itu saja masih ditambah lagi dengan jumlah yang serupa untuk anaknya; Yazid. Dan ditambah lagi dengan jumlah yang serupa bagi anaknya yang lain; Mu'awiyah.
Adapun Hakim ibn Hizam mendapat dua ratus ekor Unta. Sedangkan Shafwan ibn Umayyah peroleh tiga ratus ekor Unta.
Bahkan Sang Rasul sampai terdesak ke sebuah pohon dan mantel beliau terlepas sementara orang-orang Arab tak henti mengerumuni beliau meminta harta. Semua orang akhirnya mendapatkan jatah, kecuali kaum Anshar.
Adalah Sa'ad ibn Ubadah yang melaporkan perasaan mengganjal itu kepada Rasulullah.
Maka Sang Nabi segera mengumpulkan orang-orang Anshar pada suatu tempat. Tak satu pun kaum Muhajirin boleh masuk. Ba’da memuji dan mengagungkan Allah, sabda yang menggetarkan hati itu beliau mulai.
"Wahai semua orang Anshar, ada suara kasak-kusuk yang sempat kudengar dari kalian. Dan dalam diri kalian ada perasaan yang mengganjal terhadap aku. Bukankah aku dulu datang, sementara kalian dalam kesesatan lalu Allah memberi petunjuk kepada kalian? Bukankah kalian dulu miskin lalu Allah membuat kalian kaya, juga menyatukan hati kalian?"
Mereka menjawab, "Begitulah Allah dan Rasul-Nya lebih murah hati dan lebih banyak karunianya."
Seraya bulir-bulir air mata mulai menggantung di kelopak.
"Apakah kalian tidak ingin memenuhi seruanku wahai semua orang Anshar?" Nabi kembali bertanya.
"Dengan apa kami memenuhi seruanmu wahai Rasulullah? Milik Allah dan Rasul-Nyalah anugerah dan karunia," sahut mereka dengan setetes air mengalir di pipi.
Beliau kembali berkata, "Demi Allah, kalau kalian mau, sementara kalian bisa membenarkan dan dibenarkan, maka kalian bisa berkata;
'Engkau datang kepada kami dalam keadaan didustakan, namun justru kami yang membenarkan engkau. Dalam keadaan lemah, kamilah yang menolong engkau. Dalam keadaan terusir, justru kamilah yang memberi tempat. Dalam keadaan papa, justru kamilah yang menampung engkau.'
"Apakah di dalam hati kalian masih terbersit harta keduniaan, yang dengan keduniaan itu aku hendak mengambil hati segolongan orang agar masuk Islam, sedangkan terhadap keislaman kalian aku sudah percaya?
"Wahai orang Anshar, apakah kalian tidak berkenan di hati, jika orang lain pergi membawa domba dan unta, sedangkan KALIAN KEMBALI BERSAMA Rasul Allah ke tempat tinggal kalian?
"Demi yang jiwa Muhammad ada di tangan-Nya, kalau bukan karena hijrah, tentu aku termasuk orang-orang Anshar.
"Jika orang-orang menempuh suatu jalan di celah gunung, dan orang-orang Anshar menempuh suatu celah gunung yang lain, tentu aku memilih celah yang ditempuh orang-orang Anshar.
"Ya Allah rahmatilah orang-orang Anshar, anak-anak orang Anshar, dan cucu orang-orang Anshar."
Kaum Anshar yang hadir pun menangis sesunggukan. Jenggot mereka basah, tak kuasa menahan air mata yang terlanjur menganak-sungai.
Dialog detik itu diakhiri dengan penerimaan yang luar biasa, "Kami rida terhadap Rasulullah dalam masalah pembagian ini."
Allahumma shalli 'ala Muhammad. Dan kita bisa dapati sekarang bagaimana keadaan Madinah. Konon, harga tanah di sana kini mencapai jutaan riyal Saudi per meter persegi. Berbeda dengan daerah-daerah lain.
Allahumma shalli 'ala Muhammad. Semoga kita menjadi insan-insan yang bisa menemukan teladan yang tepat. Teladan selayaknya kaum Anshar. Mencintai Nabi-Nya melebihi cinta mereka pada harta. Merekalah Sang Penolong Rasul kala hijrah, tetapi keridaan Allah dan Rasul-Nya jelas melebihi bayaran apa pun.
Allahumma shalli 'ala Muhammad.
0 comments:
Post a Comment