Untuk menghadang serangan musuh-musuh dari arah utara, China pernah membuat tembok panjang yang kini dikenal dengan The Great Wall. Dibangun dari dinasti ke dinasti, hingga panjangnya mencapai lebih dari enam ribu kilometer dan tinggi delapan meter.
Namun belum genap seratus tahun setelah didirikan, musuh berduyun-duyun menembus daratan China sampai tiga kali. Tanpa memanjat tembok, apalagi merobohkannya.
Nyatanya, saat itu China terlalu bergantung pada kekuatan fisik bebatuan. Mereka lalai membangun integritas manusia yang menjaganya. Uang dan wanita cukup untuk menggoda, gerbang dibuka, dan musuh melenggang masuk.
***
Jika kita ditanya, pada zaman kapan Islam mencapai kejayaannya?
Umumnya, kita akan menjawab pada zaman Umayyah atau Abbassiyah. Abad-abad tersebut dianggap sebagai The Golden Age of Islam. Istana-istana megah berdiri, emas-perak berhamburan, dunia dalam genggaman.
Kita mendadak menjadi orang-orang kapitalis yang memandang kesuksesan dari materi semata.
Andai mau menengok sejarah lebih dalam, niscaya kita akan temukan beratus kisah memilukan dari Dinasti Umayyah dan Abbassiyah. Cerita yang menggerakkan tangan kita untuk mengelus dada.
Sebaik-baik zaman tentulah masa Rasulullah Saw. dan para shahabat. Digaransi langsung melalui hadits Nabi.
Zaman tersebut memang tidak menyisakan cerita tentang dinar atau dirham. Tidak ada istana megah. Tidak ada permadani mewah.
Tapi niscaya kita akan menemukan semacam kisah Umar bin Khattab yang memilih mundur dari jabatan qadhi pada era kekhalifahan Abu Bakar. Kenapa? Sebab, selama setahun menjabat, Umar tidak menangani kasus kriminal apa pun.
Masyarakat seperti inilah yang kemudian melahirkan konsep masyarakat madani modern. Masyarakat yang memiliki kesadaran hukum. Karena sejatinya hukum yang berlaku saat itu merupakan aturan Allah. Dan hidup tidak lain adalah tanggung jawab pada-Nya. Meski bukan di dunia, setiap pelanggaran hukum tentu akan ditanyai oleh-Nya di Hari Perhitungan.
***
Sejak lama Rasulullah Saw. menekankan betapa pentingnya membangun manusia sebelum membangun hal lainnya. Bahkan bermegahan-megahan dalam membangun masjid justru menjadi indikator dekatnya Hari Kiamat. Karena orang tidak lagi peduli ada esensi pembangunannya. Kita abai pada pembentukan manusianya.
Umar bin Khattab pernah bertanya mengenai cita-cita pada sejumlah sahabat.
Salah seorang menjawab, "Aku ingin rumah ini dipenuhi emas, agar bisa diinfakkan di jalan Allah."
Yang lain menyahut, "Andai rumah ini dipenuhi emas, intan, dan permata, niscaya akan kuinfakkan di jalan Allah."
Tapi Umar justru berpikir lain, "Aku berharap rumah ini dipenuhi oleh orang-orang seperti Abu Ubaidah bin Jarrah--dalam riwayat lain Muadz bin Jabal--, agar aku bisa mengirimkan mereka di jalan Allah."
Saksikanlah, satu orang yang nilainya melebihi emas, intan, dan permata.
Selama pembangunan manusia diabaikan, selama itu pula pembangunan fisik berbuah sia-sia.
Kita hanya akan menemukan orang-orang yang memangkas anggaran, bahan bangunan yang tidak memenuhi standar, atau tirani yang memperbudak warganya.
Sebagaimana Fir'aun memperbudak pengikutnya saat membangun Piramida. Begitu dibangun, keangkuhannya semakin melangit, "Aku tidak melihat Tuhannya Musa dari atas sini!"
Allahu a'lam.
0 comments:
Post a Comment