Nulis Suka-Suka

Adil dan Ihsannya Allah



Menonton serial anime Death Note, sepintas saya berpikir mengenai konsep adil dan ihsan-nya Allah.

Kira yang berbekal buku kematian, menulis nama sekaligus membunuh semua penjahat yang ia ketahui di seluruh dunia. Cita-citanya besar: menciptakan dunia baru tanpa kejahatan. Mungkin ia lebih kejam dari para penjahat itu. Tapi bagi Kira, itulah keadilan.

Seluruh perbuatan jahat maupun baik memang akan dibalas dengan hal serupa. Meskipun hanya sebesar dzarrah. Keburukan akan bernilai dosa, sedangkan kebajikan akan berbuah pahala.

Itulah janji Allah. Itu pula keadilan Allah. Siapakah yang lebih menepati janji dan hakim yang adil selain Dia?

Namun bayangkan jika keadilan Allah itu dilaksanakan mutlak di bumi. Hari ini juga. Niscaya hari ini kita akan menemukan manusia berbondong-bondong masuk Islam. Menyembah Allah semata. Menjauhi dosa, serta berlomba dalam kebaikan.

Bayangkan jika orang yang kafir, seketika itu pula langsung wafat. Bayangkan orang kaya yang menghamburkan uang, seketika itu pula jatuh miskin. Bayangkan wanita cantik yang tidak menutup aurat, seketika itu menjadi buruk rupa.

Bayangkanlah!

Nyatanya, tidak demikian. Keadilan Allah secara mutlak akan diberlakukan saat manusia menerima buku amalnya dari kanan atau kiri.

Hari ini, di bumi, Allah memberikan ihsan-Nya kepada seluruh hamba. Tidak terkecuali. Baik muslim maupun kafir. Itu pun, sebagaimana sabda Nabi, baru satu dari seratus rahmat Allah.

Sebab itu, jangan heran kita menemukan orang yang tidak menyembahnya, justru semakin makmur. Orang yang berani menentangnya, justru dipuja manusia lain. Orang yang mengacak-acak agama-Nya, melenggang bebas seakan tak berdosa.

Itulah istidraj. Engkau terus bergelimang maksiat, tapi tetap dikaruniai nikmat. Nikmat yang begitu banyak, banyak, dan banyak lagi. Sampai engkau tidak sadar apa yang engkau perbuat. Dan engkau mati sebelum bertaubat. Na'udzubillah min dzalika.

Beruntungnya, Allah masih mengasihi kita dengan ihsan-Nya.

Padahal kita sering tidak adil pada-Nya. Dia menciptakan kita, mengatur alam semesta, memberikan kita rezeki, dan lainnya. Seharusnya Dia adalah satu-satunya kita sembah. Sayangnya kita kerap tidak adil. Tidak memposisikan Allah pada tempat semestinya. Bahkan mengisi tempatnya dengan sesuatu yang lain.

Akhirnya, kesudahan yang baik hanyalah bagi orang-orang yang bertakwa. Yaitu, orang yang berhati-hati dalam tindakan serta ucapannya. Hingga keadilan Allah yang sebenarnya hadir dan kita memperoleh 99 rahmat-Nya yang belum diturunkan di bumi. Aamiin.

Share:

0 comments:

Post a Comment