Nulis Suka-Suka

Hyung, Ini 4 Alasan Mengapa Kamu Wajib Download IDN App!



Pernahkah kamu berada di titik jenuh menjalankan rutinitas? Rasanya hidup begitu hambar. Bahkan saat diri merasa demikian, kita justru disuguhkan berita-berita hoax nan provokatif dari berbagai media.

Loh, kok Indonesia-ku seperti ini, ya?

Tidak adakah sesuatu yang lebih bisa membuat kita bergairah? Hidup dipenuhi kabar baik dan optimisme, alangkah indahnya. Setiap generasi, terutama anak-anak muda, saling membahu membangun negeri, betapa eloknya.

Dulu saya juga pernah mengalami masa itu, sampai akhirnya berkenalan dengan IDN App. Aplikasi satu ini bukan sekadar menyajikan berita. Melainkan membawa semangat optimisme, khususnya di kalangan Milenial dan Gen Z, sehingga kita lebih melek dengan kondisi sekitar dan berkontribusi nyata untuk memperbaikinya meski hanya melalui tulisan.

Buruan unduh sekarang, Hyung! Setidaknya ini 4 alasan mengapa kamu wajib segera instal IDN App di hape masing-masing.


1. Baca Berita Paling Update

Ketika pertama kali menginstal IDN App, kamu akan diminta memilih tiga topik favorit. Namun, sebetulnya ada beragam topik berbeda yang siap menghiasi hari-hari kita. Mulai dari berita yang lagi hype, gaya hidup, inspirasi, bisnis, kesehatan, opini, hingga travel. Tidak terkecuali berita mancanegara, misalnya seputar drama Korea kesukaan.

Saya sendiri lebih menyukai Berita Indonesia, Pendidikan, dan Sepakbola.

Setiap detik, bagian beranda IDN App akan menampilkan berita terpopuler dan terbaru sesuai topik pilihan kita. Cobalah tunggu beberapa saat, lalu refresh halaman tersebut, maka berita terbaru lainnya sudah bertengger di papan atas.

Nggak mau dong ketinggalan berita dari teman-temanmu?


2. User Experience Jempolan

Penting banget bagi sebuah aplikasi memiliki kecepatan respons yang mumpuni dan desain yang memanjakan mata.

Kabar baik buatmu, IDN App pun memiliki keduanya. Nggak butuh waktu lama untuk mengeklik dan menampilkan halaman baru, kecuali sinyal kamu jelek hehe. Perpaduan warna merah, hitam dan latar belakang putih turut mempercantik tampilan

Ada loh beberapa aplikasi serupa yang juga didominasi warna merah, tetapi malah membuat mata cepat Lelah. IDN App tentu saja berbeda.


3. Indonesia Millennial Summit

Ini dia topik spesial yang sedang hangat diperbincangkan. Yuk, siap-siap bergabung dengan milenial lainnya dalam sebuah event akbar. Ikuti terus info dan perkembangannya hanya di IDN App.

Sembari menantikan event tersebut, kamu juga bisa mengunduh Indonesia Millennial Report 2020. Laporan yang disajikan secara apik ini berisikan aneka informasi menarik tentang perilaku milenial di Indonesia.

Di samping itu, kamu akan disodorkan pula beragam artikel spesial IMS. Yakni topik-topik pilihan yang fokus mengulas kiprah generasi milenial dari berbagai bidang di tanah air. Berita terlengkap mengenai karya anak bangsa hadir di sini untuk semakin menumbuhkan kecintaanmu pada negeri.


4. Cuan Maksimal

Melek sudah, optimisme pun tumbuh, kini saatnya beraksi. Sebagai Milenial dan Gen Z yang kreatif, kamu dapat berkontribusi menghadirkan tulisan-tulisan positif melalui IDN App.

Selain sebagai media penyampai berita, IDN App juga merupakan platform yang mewadahi gagasan anak-anak muda. Bukan hanya itu, tulisanmu pun berpotensi viral dan tentunya menghasilkan cuan maksimal. Setiap tulisan akan dinilai berdasarkan jumlah pengunjung. Lalu perhitungan tersebut dikonversi menjadi IDN Point yang sewaktu-waktu bisa kamu redeem ke rekening pribadi.

Sepulang sekolah, saat di kampus, atau di tengah jam istirahat kantor. Di manapun dan kapanpun ide berseliweran memenuhi kepalamu, tulis dan upload di IDN App.

Nggak ada lagi waktu untuk meratapi hidup atau mati dalam kebosanan, Hyung! Download IDN App sekarang dan dapatkan berita terlengkap dan terbaru serta kesempatan memperoleh pundi-pundi dari setiap gagasanmu.

Share:

Menuju Masterpreneur


Tidak semua yang berjalan bersisian dengan kita, mempunyai visi yang sama.

Akibatnya, frekuensi semangat dan cara kerjanya pun berbeda.

Bagi mereka yang ingin berinvestasi jangka panjang, maka berinvestasilah dalam membangun tim yang solid. Dan menyamakan visi adalah langkah utamanya.

Itulah mengapa, saya bersama Ust. Abdul Jabar Mohammed dan teman-teman dari Samai Store (Samai Group) pada 19 Juli lalu sowan ke Pesantren Entrepreneur Istana Mulia milik Pak Ayi Muzayini.

"Semua ada caranya," kata beliau sehabis kami menyantap makan siang bersama. "Sudah ada di surat ar-Rahman ayat 33, 'Laa tanfudzuuna illaa bi sulthan'. Bi sulthan itu artinya dengan kekuatan, dengan kekuasaan. Artinya mencapai sesuatu pasti ada caranya."

Beliau juga menceritakan perjalanannya mendirikan Istana Mulia.

"Dulu saya cuma punya tanah 2750 meter persegi. Lalu saya wakafkan, lantas Allah menggantinya dengan 5 hektar. Saya wakafkan kembali, sekarang Allah kasih 72 hektar.

Kalau sudah buat umat, insya Allah, Allah bantu.

Tapi mimpi saya nggak berhenti di sini. Saya ingin wakafkan lagi tanah yang ada. Istana Mulia sendiri punya beberapa pilar utama yang mau dikembangkan. Mulai dari pasar rakyat, pusat wisata halal, pusat herbal, pusat manasik haji terbesar, properti, dan banyak lagi."




Penyebutan nama Istana Mulia, menurutnya, memang agar umat ini punya sesuatu nan megah yang bisa dibanggakan. Termasuk ketika membangun Istana Yatim, supaya anak-anak yang dibina tidak merasa inferior tinggal dalam sebuah panti. Mereka harus bangga karena hidup di dalam istana.

Beliau juga menambahkan, untuk mencapai seluruh cita-cita tersebut, kita harus punya karakter seorang Masterpreneur.

"Saya punya istilah begini. Ada Santripreneur, Karyawanpreneur, Entreprenur, dan Masterpreneur.

Santripreneur itu kita belajar dulu dasar-dasarnya bisnis. Dan di Istana Mulia ini semuanya adalah Santripreneur. Nggak pandang umur. Siapa yang datang dan ingin belajar, maka ia adalah seorang Santripreneur.

Selanjutnya, kamu menjadi Karyawanpreneur. Ikut kerja sama orang. Tapi bukan sekadar kerja, lebih tepatnya belajar yang dibayar. Kamu serap ilmu di dalam perusahaan, bukan sekadar mengejar gaji. Susah dan senang dijalani bersama perusahaan. Jangan perusahaan lagi jatuh, kita main keluar. Jangan prestasi lagi buruk, mundur begitu saja.

Tantang diri, misalkan tujuh tahun setelah bekerja, kamu punya bisnis sendiri. Jadilah Entrepreneur! Keluar dari perusahaan dengan pencapaian yang bagus.




Kemudian menuju Masterpreneur. Belajar dari Abdurrahman bin Auf yang menjelang ajalnya minta kepada Allah agar dimiskinkan, tapi hartanya justru terus bertambah. Jadilah orang yang dikejar harta, bukan sebaliknya."

Obrolan yang berakhir menjelang sore itu ditutup dengan narasi besar lain menuju 999 Hektar dan 3T.

Begitu banyak mimpi untuk memberdayakan umat, yang berarti juga semakin banyak pekerjaan yang harus diselesaikan, amanah yang wajib ditunaikan, serta batu bata yang perlu disusun dengan rapi dan cekatan.

Semoga Allah Ta'ala meridhai mimpi ini dan memberikan kemudahan serta keluasan jalannya.



Share:

Fenomena Pengguna Narkotika di Indonesia dan Peran Pemuda untuk Mengatasinya



Namanya Iman. Sebagaimana dilansir detik.com[1], pria berusia 36 tahun tersebut pernah terpasung dunia narkotika dan sejenisnya sejak duduk di bangku SMP pada tahun 90-an. Puncaknya pada tahun 2004, Iman didiagnosis terkena HIV-AIDS.

Bertahun-tahun berlalu. Iman memilih untuk tidak menyerah. Ia bertahan dengan mengubah pola hidupnya menjadi lebih sehat.

Yang unik, keputusannya tersebut didasari motivasi Iman untuk melihat komik One Piece tamat. Salah satu komik Jepang terkenal itu memang diketahui memiliki cerita yang menarik dan belum diketahui ujungnya hingga sekarang. Terdengar lucu mungkin. Tetapi nyatanya cara tersebut berhasil membuat Iman mempertahankan hidupnya.

Lain halnya dengan Putri. Kondisi keluarganya yang berantakan memaksanya mencari pelampiasan. Di usianya yang masih sepuluh tahun ketika itu, ia sudah harus menyaksikan pertengkaran ayah dan ibunya hampir setiap hari. Bocah polos yang mendambakan keceriaan justru melihat kedua orang tuanya bercerai.

Putri trauma. Asuhan sang nenek tidak cukup menjaga dirinya. Sebaliknya, pergaulan bersama sejumlah teman lelakinya membawa Puti ke dalam dunia gelap narkotika. Dikutip dari jawapos.com[2], ia bahkan naik level sebagai kurir dan asisten bandar. Profesi haram itu terpaksa ia lakoni agar tetap dapat memenuhi ketergantungannya pada sabu-sabu.

Namun, Tuhan masih menyayangi Putri. Tepat dini hari pada tanggal 9 Januari 2017 silam, Putri diciduk satpol PP bersama tiga temannya di dekat Tugu Pahlawan Surabaya.

Gadis yang pernah memakai uang SPP untuk membeli sabu tersebut kemudian direhabilitasi atas rekomendasi dari Badan Narkotika Nasional Kota (BNNK) Surabaya. Ia masih muda dan punya banyak waktu untuk memperbaiki hidupnya demi meraih masa depan yang cerah.


Gunung Es Pengguna Narkotika dan Penyebabnya

Iman dan Putri hanyalah segelintir orang yang akhirnya terbebas dari geliat dunia pekat narkotika. Yang masih terkungkung di dalamnya tentu masih banyak. Yang terdata dan yang tidak tampak pasti lebih banyak lagi. Ibarat gunung es, yang tersiar di media berbanding terbalik dengan yang berada di lautan dalam. Kadang jumlahnya bisa jadi tidak terjamah pihak yang berwenang.

Pada tahun 2018 saja, Badan Narkotika Nasional (BNN)[3] mencatat jumlah pemakai narkoba di Indonesia setidaknya mencapai 3,5 juta orang. Hampir 1 juta di antaranya bahkan telah menjadi pecandu. Yang lebih mengejutkan, dari data tersebut, 24 persennya merupakan pelajar.[4]

Banyak faktor yang melatarbelakangi fenomena ini. Setidaknya bisa dilihat dari dua sisi: internal dan eksternal.

Dari sisi internal, pengaruh paling kuat biasanya berasal dari lemahnya ketahanan keluarga dan depresi berkepanjangan.

Dr. Charles Tangkau, Dosen FIS Unima dan Pasca Sarjana Unima, pernah menuturkan[5] bahwa orang tua yang kerap bertengkar (broken home) hingga bercerai dapat menimbulkan tekanan batin pada anak. Apabila tidak ada pelampiasan yang positif, tekanan tersebut akhirnya dilepaskan melalui narkoba. Beliau juga mengingatkan kurangnya perhatian orang tua turut menjadi andil. Orang tua sering sibuk bekerja sampai abai terhadap pendidikan dan moral anak. Dalam hal ini, Putri adalah salah satu contohnya.

Stress dan depresi dapat terjadi pula pada anak yang terlalu dimanjakan atau dididik dengan cara yang keras. Misalnya, anak dipaksa untuk selalu memperoleh nilai atau ranking yang bagus di sekolah, sampai-sampai masa depannya pun didikte ia harus kuliah serta bekerja di mana. Selain itu, pola komunikasi yang buruk juga tidak boleh dilewatkan. Hubungan antara anak dan orang tua hendaknya berasas pada keterbukaan, sehingga setiap anggota keluarga saling mengetahui aktivitas masing-masing. Anak tidak perlu segan bercerita mengenai kesehariannya kepada orang tua, begitu pula sebaliknya.

Sedangkan dari sisi eksternal, lingkungan dan pergaulan dengan teman sebaya memberikan pengaruh terkuat.

Menurut teori Develope Mental Land Scape yang dikembangkan Waddington[6], seorang anak akan mudah terpengaruh oleh lingkungan dia berada, tidak peduli itu lingkungan yang baik maupun buruk. Ketika sebuah lingkungan sudah mengakui keberadaannya, muncul rasa percaya diri pada si anak sehingga ia betah tinggal di dalamnya. Termasuk lingkungan yang dipenuhi narkotika.

Di samping itu, beberapa jenis narkoba juga diketahui memiliki harga yang relatif murah. Sebut saja contohnya narkoba jenis pil double L atau lebih akrab dikenal dengan nama pil koplo. Narkoba jenis ini digemari kalangan pelajar.[7]

Saatnya Pemuda Bergerak!

Merebaknya kasus ketergantungan narkoba di kalangan anak muda bukanlah perkara remeh. Semua pihak wajib terlibat untuk mencari solusinya, termasuk dari pemuda itu sendiri. Tetapi dunia berubah secara cepat. Cara-cara lama seperti penyuluhan atau sekadar sosialisasi bahaya narkoba belumlah cukup. Dibutuhkan metode lain yang lebih menyentuh titik persoalan, sesuai dengan perkembangan zaman, dan sejalan dengan karakter para pemuda.

Sebagai sebuah gerakan yang masif, para pemuda yang peduli terhadap persoalan ini dapat mencoba beberapa hal berikut:

1. Pemberdayaan Ekonomi

“Sebelum menyentuh otak dan hati seseorang, sentuh dulu perutnya.” Pepatah lama itu memang ada benarnya. Banyak pemuda sebenarnya sudah tahu bahaya narkoba, tetapi kadang kondisi ekonomi memaksa mereka bergelut di bisnis haram tersebut. Kalau ingin agar mereka mengikuti jalan kebaikan, bantu terlebih dahulu perekonomiannya. Bekerjasamalah dengan lembaga-lembaga terkait untuk mengadakan pelatihan kerja, penyaluran karyawan, atau pemberian modal usaha disertai pembinaan intensif.

Bagi mereka yang punya masalah keluarga atau semacamnya, para pemuda dapat memberikan bantuan konsultasi bersama pakar-pakar di bidangnya. Tidak cukup memberikan motivasi, “Kamu harus lebih kuat!” atau, “Kok gitu aja nyerah!” Melainkan temani mereka dan cari jalan keluarnya bersama-sama.

2. Pelatihan Minat dan Bakat

Ego seorang pemuda sangat tinggi. Dirinya ingin diakui, baik itu keberadaannya maupun bakat yang dimilikinya. Dalam hal ini, para pemuda dapat menginisiasi lahirnya komunitas-komunitas yang mewadahi minat dan bakat mereka.

Yang suka nonton YouTube, masukkan dalam komunitas vlogger. Bagi yang gemar menggambar, gabungkan dalam kelompok pecinta desain grafis, melukis, dan sejenisnya. Bagi yang kerap main game online, ajak mereka main bareng diselingi acara keagamaan, bakti sosial, atau kegiatan positif lainnya. Masih banyak lagi komunitas yang bisa diciptakan. Pada intinya, buatlah para pemuda sibuk pada aktivitas-aktivitas produktif hingga akhirnya mereka teralihkan dari narkoba.

3. Optimalkan Minat dan Bakat untuk Memasifkan Gerakan

Setelah membina minat dan bakat mereka, manfaatkan potensi tersebut untuk semakin meluaskan Gerakan Pemuda Anti Narkoba. Jangkau lebih banyak pemuda dari berbagai kalangan dan berbagai daerah di Indonesia.

Mereka yang terlatih menjadi vlogger, buatlah video-video kreatif yang menyebarkan bahaya narkoba dengan cara anti-mainstream. Mereka yang sudah ahli menggambar, sebarlah desain visual unik untuk mengajak pemuda lain menjauhi narkotika. Kampanye anti narkoba bisa dibuat lebih keren, kekinian, dan sesuai dengan karakter pemuda zaman now.






Share:

Stimuno: Andalan Super Mom yang Aman untuk Jangka Panjang



Istilah imun dan sistem kekebalan tubuh belakangan ini cukup terkenal. Penyebabnya tak lain karena wabah Corona yang terus mengkhawatirkan masyarakat. Per 1 April 2020 saja, terjadi penambahan 149 kasus positif Covid-19 di Indonesia. Jumlahnya pun akhirnya mencapai 1.677 kasus, dengan kasus sembuh menjadi 103 orang dan yang meninggal dunia sebanyak 157 kasus.

Juru Bicara Penanganan Covid-19, Achmad Yurianto, kembali menegaskan agar masyarakat berkomitmen untuk tetap menjaga jarak fisik antara satu sama lain serta sering mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.

Hingga saat ini, vaksin yang mencegah infeksi virus Corona belum tersedia. Oleh karena itu, setiap orang harus memperkuat sistem imun tubuhnya sendiri untuk menangkal virus ini. Bahkan, sistem imun tubuh yang kuat dapat pula melindungi kita dari beragam penyakit lainnya.

Dilansir dari Alodokter, setidaknya ada 5 cara alami untuk menjaga sistem imun, yaitu:
  1. Mengonsumsi makanan bergizi, terutama yang kaya antioksidan seperti sayur dan buah.
  2. Berolahraga dengan rutin, setidaknya 30 menit setiap hari.
  3. Mengelola stres dengan baik, misalnya dengan mengerjakan hobi atau bermeditasi.
  4. Beristirahat yang cukup. Orang dewasa umumnya membutuhkan waktu tidur sekitar 7-8 jam, sedangkan anak-anak memerlukan waktu tidur minimal 10 jam setiap hari.
  5. Mengonsumsi suplemen penunjang daya tahan tubuh. Khususnya yang mengandung vitamin dan mineral, seperti vitamin C, B3, B5, B6, dan vitamin E.

Tidak hanya itu, sistem imun juga dapat diperkuat dan diperbaiki dengan Imunomodulator.

Apa itu Imunomodulator?

Secara sederhana, Imunomodulator ibarat prajurit yang melindungi rumah dari kemalingan. Rumah itu adalah tubuh kita, maling dianggap sebagai virus, sedangkan imun-imun tersebut ialah prajuritnya. Imunomodulator berfungsi untuk memperbanyak prajurit alias sistem imun sehingga daya tahan tubuh terhadap virus dan penyakit lainnya pun menjadi lebih kuat.


Super Mom Pasti Pilih Stimuno

Sebagian besar ibu pasti turut khawatir dengan kondisi kesehatan keluarga. Apalagi di tengah pandemi virus Corona ini. Si Ayah kadang harus tetap keluar rumah, sedangkan si kecil punya sistem imun tubuh yang belum sekuat orang dewasa. Tapi pastinya Super Mom nggak pernah bingung untuk memilih suplemen yang banyak mengandung imunomodulator.

STIMUNO hadir sebagai produk herbal fitofarmaka yang terbuat dari komposisi tunggalekstrak tanaman Meniran. Kandungan imunomodulator di dalamnya terbukti berkhasiat dan aman untuk meningkatkan kekebalan tubuh yang berguna untuk mencegah sakit serta mempercepat penyembuhan. Sertifikat Fitofarmaka juga menunjukkan khasiat Stimuno sudah terbukti secara klinis diuji coba pada manusia.

Stimuno aman dikonsumsi oleh anak-anak maupun orang dewasa. Produk Stimuno Sirup dapat dikonsumsi oleh anak mulai usia 1 tahun dan Stimuno Kapsul bisa dikonsumsi oleh anak (yang sudah sanggup menelan kapsul) serta orang dewasa. Tersedia pula tiga varian rasa yang enak di lidah: Original, Jeruk Beri, dan Anggur.


Dr. Raymond R. Tjandrawinata, Molecular Pharmacologist dan Peneliti Biomolecular Sciences sekaligus Executive Director Dexa Laboratories of Biomolecular Sciences (DLBS) yang merupakan lembaga riset Obat Modern Asli Indonesia (OMAI) mengatakan, “Dari hasil uji klinik yang dilakukan beberapa negara termasuk Indonesia, Stimuno aman digunkan untuk pencegahan penyakit virus.”

Bahkan keamanan dan efektivitas Stimuno untuk penggunaan jangka panjang juga telah lulus uji klinis dalam penelitian “Keuntungan Klinis Phyllanthus Niruri L (Meniran) sebagai Imunostimulator pada Pasien TB Paru” oleh Munawar ML dkk. Uji klinis tersebut menunjukkan, sebagaimana dikutip dari Tempo, bahwa Stimuno tidak memiliki efek samping secara signifikan pada penggunaan jangka panjang selama enam bulan.

"Stimuno aman dikonsumsi untuk pencegahan penyakit virus dan tidak memiliki
efek samping secara signifikan dalam jangka panjang."

Bunda kini tidak perlu cemas berlebih terhadap kondisi kesehatan keluarga. Cegah penyebaran virus dan perkuat sistem imun tubuh dengan Stimuno yang 100% berbahan dasar herbal alami asli Indonesia.
Selain khasiatnya telah terbukti, Stimuno juga teruji
klinis aman dikonsumsi segala usia
dan dalam jangka panjang.

#StimunoPenjagaImun #GakTakutSakit #Stimuno #MomiXStimuno 




Referensi:

Share:

Resensi Memory of Glass: Mencari Pecahan Ingatan Seorang Pembunuh



Polisi bilang, aku melaporkan diriku sendiri.
Kata mereka, aku membunuh seorang pria.
Hanya saja… aku tidak ingat.
Aku tidak ingat pernah melapor, apalagi membunuh orang.

Sebenarnya, apa yang terjadi?

Setelah menamatkan Giselle, saya tidak terlalu mengikuti kabar mengenai novel terbaru Akiyoshi Rikako. Buka Instagram Penerbit Haru pun sekadar scrolling. Sampai seorang teman bertanya, “Sudah ikutan pre order Memory of Glass?”

Hah?

Tidak lama kemudian saya mengulik infonya, tapi masih menahan diri untuk membeli. Maklum, harganya lumayan *peace sign. Buah kesabaran memang tidak pernah mengecewakan. Akhirnya beruntung mendapatkan diskonan di Islamic Book Fair 2020, sekaligus belanja novel Murder at Shijinso yang tahun lalu sudah difilmkan.

Apa yang menarik dari Memory of Glass?

***

Seperti biasa, kesan kelam menyelimuti novel-novel karangan cerpenis Yuki no Hana ini. Terlebih, penerbit mendesain sampul berwarna dominasi hitam, lengkap dengan gambar seorang wanita yang memegang pisau di antara pecahan kaca. Atmosfer honkaku mystery yang berisi teka-teki pembunuhan pun semakin membuat bulu kuduk merinding.

Lembar cerita dibuka melalui penuturan Kashihara Mayuko yang tiba-tiba mendapati dirinya berada di rumah sakit. Tetapi ia tidak ingat apa pun. Wanita berusia 41 tahun itu bahkan masih merasa sebagai seorang siswi SMA.

Di tengah kebingungan itu, Kiritani Yuka dan Nomura Junji berdiri di hadapannya. Dua detektif tersebut menjelaskan semua yang terjadi secara perlahan. Termasuk mengenai Mayuko yang melaporkan dirinya telah membunuh seseorang dan penyakit Gangguan Fungsi Eksekutif Otak yang membatasi ingatannya.

Korban bernama Gouda. Pria yang membunuh kedua orang tua Mayuko sekitar dua puluh tahun silam secara sporadis di pinggir jalan Ginza. Mayuko berusaha lari. Malangnya, ia tertabrak mobil yang dikendarai Mitsuharu, yang kini menjadi suaminya. Karena luka di bagian otaknya, ingatan Mayuko ibarat kaca: rapuh, mudah pecah, bahkan hanya bertahan selama 10-20 menit.

Penyelidikan berjalan alot. Padahal tersangka sudah di depan mata, tetapi bukti tidak mencukupi dan nihil saksi mata. Bantuan dari Mitsuharu pun tampaknya kurang memberikan titik terang,

Saat itulah muncul sosok Yonemori Hisae. Kepada kedua detektif di atas, ia menerangkan berbagai kejanggalan selama penyelidikan. Kasih sayangnya yang ingin menyelamatkan Mayuko turut melahirkan kecurigaan pada Mitsuharu. Ia juga tidak segan menyewa Ogio Masamichi, pengacara muda yang namanya cukup dikenal di dunia penggiat HAM.

Apa yang sebenarnya terjadi? Apakah Mayuko yang mudah lupa itu benar-benar bisa membunuh seseorang? Atau jangan-jangan, ada pihak ketiga? Siapa yang harusnya Mayuko… eh, yang harus pembaca percayai?

***

Alur cerita kali ini berjalan dalam tempo yang agak lambat. Akiyoshi Rikako secara jeli menyusun berbagai kepingan puzzle yang menghadirkan detail-detail kecil kepada pembaca. Berkat penerjemahan yang apik, detail tersebut tidak terasa membosankan. Pembaca lagi-lagi dibuat penasaran, menerka-nerka, sekaligus menata akhir cerita di benaknya sendiri.

Tempo yang lambat ini juga disebabkan karena penulis memakai dua sudut pandang berbeda. Pada satu bab, cerita berpusat di Mayuko dengan sudut pandang orang pertama. Kita bisa ikut merasakan betapa polosnya penderita gangguan otak yang hampir setiap saat harus segera menulis apa yang terjadi di secarik kertas atau tangannya sendiri. Penuh kesedihan, penuh penderitaan.

Lalu pada bab lain, penulis menggunakan sudut pandang orang ketiga yang menyoroti kehidupan Kiritani Yuka. Di sela pekerjaan, ia juga harus merawat ibunya yang menderita gangguan otak serupa. Lebih tepatnya demensia tipe Alzheimer.

Plot twist yang tersaji mungkin tidak terlalu mengejutkan. Apalagi kalau sudah membaca Holy Mother. Ekspektasi kita barangkali berlebihan. Meski begitu, ending cerita justru menghangatkan hati hingga meleleh.

Pembaca disentak dengan kenyataan betapa sulitnya merawat orang-orang dengan penyakit seperti Mayuko. Bahkan apabila orang tersebut adalah keluarga kita sendiri, terlebih orang tua. Perilaku mereka seperti anak bayi. Tapi bayi pun punya “masa depan” dan kita hanya harus bersabar beberapa tahun lagi sampai mereka dewasa. Tetapi orang yang sudah tua? Mereka tidak akan tumbuh lagi. Di tengah keputusasaan itu, kita pun harus siap menelan pil pahit kehilangan.

Terima kasih, Sensei. Benar-benar novel yang luar biasa!

Tidak melakukan apa yang tidak bisa dilakukan itu, tidak buruk dan tidak salah. Tidak ada artinya memaki diri sendiri atau tertekan oleh rasa bersalah.” (h. 345)


Judul: Memory of Glass
Penulis: Akiyoshi Rikako
Penerbit: Penerbit Haru
Tebal: 360 halaman
Cetakan: I, November 2019
Nomor ISBN: 978-623-7351-21-4

Share:

4 Tahun Insan Bumi Mandiri: 4 Benih untuk 4 Ladang Kebaikan



“Service to others is the rent you pay for your room here on earth.” [Muhammad Ali]

Ibu Guru, Kami Takut Meja Patah.

Itulah sebaris judul surat yang ditulis oleh Diana Cristiana Da Costa Ati, salah satu Guru Penggerak Daerah Terpencil (GPDT). Dalam surat yang sempat viral di media sosial pada 2019 lalu itu, Diana bercerita mengenai betapa mirisnya kondisi gedung sekolah dan fasilitas bagi para siswa di pedalaman Mappi, Papua. Tidak tanggung-tanggung, surat tersebut ditujukan langsung kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim.

Lain halnya dengan Katarina Jareng. Bocah perempuan tersebut mesti rela belajar sambil menimba air untuk keperluan sekolahnya yang mengalami krisis air bersih sejak 2013 silam. Ia dan teman-temannya dari SMP 6 Aesesa di Kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara Timur (NTT) berjalan jauh sekitar 3 hingga 5 kilometer di tengah panas menyengat. Itu pun masih harus mengantre selama satu jam.

Wilayah pedalaman Indonesia terus menyimpan sejuta kisah yang membuat pilu. Ketika kita bingung mau makan apa di antara beragam pilihan menu yang ada, sebagian dari masyarakat tanah air justru bingung hendak makan apa sebab tak ada pilihan bagi mereka. Saat kita mengeluh selepas menerjang kemacaten kota, sebagian saudara di sana tengah berjuang menerjang derasnya air sungai demi pengabdian yang mungkin tidak pernah dinilai.

Contohnya, sosok seorang guru yang diselamatkan tim Insan Bumi Mandiri pada tahun 2016 di NTT. Ia melepas baju, lantas berenang menyeberangi laut! Tangan satunya berputar mengayuh, tangan yang lain memegang tasnya agar tidak basah. Semua itu demi mengajar, demi merawat asa murid-muridnya di masa depan.


Masalah bak terik sang surya, datang ke dunia bersama ribuan karunia. Ketika mereka yang hidup di pedalaman dilanda kesusahan, barangkali itulah ladang kebaikan yang Allah siapkan bagi kita yang berada di zona nyaman.

Dan di antara para “petani” yang berinisiatif menggarap ladang tersebut, lahirlah Insan Bumi Mandiri (IBM). Berbekal slogan Sahabat Pedalaman, IBM selama 4 tahun telah menanam 4 benih utama bagi 4 ladang kebaikan, khususnya di pedalaman Indonesia Timur. Masing-masing benih tersebut, yaitu: Pembangunan, Pendidikan, Kesehatan, dan Pemberdayaan.

1. Benih Pembangunan

“Mungkin yang benar-benar dakwah yang sekarang sedang bikin masjid di pedalaman Kalimantan, pedalaman Sulawesi. Itu dakwah betul,” ujar Gus Baha pada acara yang digelar Lembaga Dakwah PBNU, September 2019 lalu. Walaupun niatnya menyindir, ucapan Gus Baha tersebut dapat menjadi renungan. Terlebih, mengingat banyak masjid di pelosok Indonesia yang kondisinya tidak layak.

Di samping itu, secara umum pembangunan di pedalaman memang masih lambat. Rumah warga, jembatan, akses listrik dan air, dan persoalan lainnya menutupi pesona alam yang kerap mewarnai daerah sekitar. Bahkan akibat krisis air bersih, 24 balita di Desa Odaute, NTT sampai menderita stunting.

Ladang kebaikan ini dibajak IBM melalui sejumlah program pembangunan masjid, rumah, sekolah, jembatan, serta berbagai infrastruktur lain yang menunjang kehidupan warga pedalaman. Terbaru, IBM menggelar kampanye Patungan Semen untuk Masjid Darul Ulum di Sumatera Selatan yang kondisinya semi terbuka, hanya ditutup kayu dan asbes, bahkan sering kebanjiran.

2. Benih Pendidikan

Pendidikan adalah senjata terbaik untuk mengubah dunia. Sayangnya, banyak sekali anak-anak di pedalaman yang tidak memperoleh “senjata” ini. Jangankan mengubah dunia, mengubah dirinya saja mereka tak mampu. Permasalahan bukan hanya pada kualitas pendidikan, rendahnya gaji guru, maupun bobroknya bangunan sekolah. Melainkan termasuk akses menuju tempat mereka belajar serta ketersediaan sarana dan prasarana.

Seperti yang ditemukan para relawan IBM pada 2017 lalu. Sekelompok anak kecil setiap hari harus menyusuri hutan untuk menuju sekolah mereka di Embacang, Musi Rawas Utara, Sumatera Selatan. Jika tak hati-hati, pacet-pacet yang bersembunyi di balik lumpur dan dedaunan kering bisa menempel di kaki mereka.

Sudah tidak terbilang program-program yang diluncurkan IBM untuk menyelamatkan pendidikan di pedalaman. Mulai dari memberikan beasiswa, membangun TPA dan pesantren, renovasi sekolah dan madrasah, penyediaan peralatan pendidikan, hingga pengadaan perahu untuk memudahkan akses para pelajar.


3. Benih Kesehatan

Pernah mendengar istilah Facial Cleft? Istilah ini merujuk pada penyakit kelainan yang menyebabkan wajah memiliki bentuk yang tidak normal. Penyakit langka ini juga membuat fungsi organ pada wajah menjadi tidak sempurna. Meski tergolong jarang, nyatanya sejumlah adik kita pedalaman mengalami hal demikian. Dan di situlah, IBM berkesempatan menolong beberapa di antaranya.

Dilansir dari situs insanbumimandiri.org, setidaknya ada 4 saudara kita yang terkena Facial Cleft. Yaitu, Aidil, Putri, dan Titah dari Sumatera Selatan, serta si kecil Ali dari Jawa Timur.

“Saya ingin lihat wajah Ali. Bagaimana mata dan hidung mungilnya. Saya percata suatu saat nanti, itu bisa terjadi. Saya akan melihat dia bisa makan lahap, bisa senyum, dan tertawa,” doa ibu Ali yang suaminya hanya memperoleh upah Rp80.000/hari sebagai buruh jahit harian.

Tidak terbatas itu, IBM tercatat juga menggalakkan kampanye pengobatan, terutama bagi warga kurang mampu.

4. Benih Pemberdayaan

November 2019 lalu, program Tenun.In (Tenun Indonesia) yang diprakarsai oleh IBM resmi berjalan. Program ini bertujuan untuk memberdayakan ekonomi para pengrajin tenun di Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur.

“Program ini diharapkan mampu memberdayakan pengrajin tenun local secara berkelanjutan. Lebih dari itu, program Tenun.In juga diinisiasi untuk mengangkat potensi lokal dan menjadikan tenun sebagai produk berkelas nasional bahkan internasional,” ujar Ridwan Hilmi selaku Direktur IBM.

Pemberdayaan merupakan metode baru dalam pengentasan masalah sosial. Cara ini dipandang lebih tepat karena dampaknya terasa untuk jangka panjang. Masyarakat akhirnya tidak melulu harus memelas bantuan. Mereka justru dapat hidup di atas kaki sendiri.

Tidak hanya dalam penguatan ekonomi, program pemberdayaan dari IBM turut menyasar distribusi daging kurban, pemberian hadiah umroh, hingga pengadaan kendaraan seperti motor dan perahu bagi mereka yang mengabdi di pedalaman.

***

Selayaknya benih, ia perlu dipupuk, diberi air yang cukup, dan dirawat sedemikian rupa sampai tumbuhlah tunas serta batangnya. Dalam waktu tertentu, masyarakat kemudian berhasil memetik buahnya. Memahami proses ini bukan sekadar supaya kita sadar dan peduli terhadap berbagai ladang di sekitar. Namun juga menginsyafi bahwa sangat mungkin bukan kita yang akan menikmati buah-buah kebaikan itu. Mungkin anak dan cucu kita. Mungkin 5, 10, atau 20 tahun lagi benih itu akhirnya panen.

Begitulah kerja kerelawanan.

Empat tahun menggarap ladang bukanlah waktu yang lama. Masih banyak kerja-kerja besar yang membutuhkan pikiran-pikiran raksasa dan tenaga-tenaga andal. Meski begitu, tidak ada pencapaian yang tidak layak disyukuri. Terima kasih Insan Bumi Mandiri telah mewakili kami, masyarakat kota yang kerap lupa terhadap saudara sendiri. Titip salam hangat dari kami, dan selamat berkarya kembali!

“Volunteers don’t get paid, not because they’re worthless, but because they’re priceless.” [Sherry Anderson]




***
Referensi:
https://regional.kompas.com/read/2019/11/12/08100011/ini-kondisi-sekolah-di-papua-yang-ditulis-dalam-surat-untuk-mendikbud-nadiem
https://kumparan.com/florespedia/smp-di-pedalaman-ntt-ini-tak-ada-air-muridnya-jalan-3-km-bawa-jeriken-1rc0V9INFNb
https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/19/09/26/pyf6xk313-gus-baha-dakwah-sebenarnya-bikin-masjid-di-pedalaman
https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/prdr2v396/masjid-di-pelosok-indonesia-banyak-yang-tak-layak
https://www.wartaekonomi.co.id/read189070/mendes-akui-pembangunan-daerah-pedalaman-masih-lambat
https://kumparan.com/florespedia/desa-di-ntt-krisis-air-bersih-tak-ada-listrik-24-balitanya-stunting-1smTG8JGwwc
https://insanbumimandiri.org/id/campaign/patungan-semen-untuk-masjid-darul-ulum-sumsel
https://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/18/10/22/pgzoa7352-insan-bumi-mandiri-bantu-pendidikan-di-ntt
https://insanbumimandiri.org/id/post/mereka-inilah-pejuang-facial-cleft-dari-pedalaman
https://www.industry.co.id/read/45457/angkat-potensi-lokal-insan-bumi-mandiri-luncurkan-program-
Share:

Resensi Buku Sang Pangeran dan Janissary Terakhir



Sejarah adalah milik para pemenang. Adagium itu terlintas dalam lamunan ketika saya tengah mengikuti kelas Sekolah Pemikiran Islam beberapa tahun silam. Tepatnya saat pembicara berpesan, “Hari ini kita kekurangan ahli sejarah. Bayangkan, penelitian mendalam mengenai Pangeran Diponegoro justru dilakukan oleh Prof. Peter Carey, sejarawan yang bukan asli orang Indonesia.”

Tidak banyak yang saya ingat mengenai Sang Pangeran, kecuali kekaguman atas gelarnya yang terdengar islami. Itu pun saya lupa lengkapnya. Sisanya, sayup-sayup terlukis nama Kyai Mojo dan makam leluhur yang terimbas pembangunan jalan sehingga meletuskan Perang Diponegoro.

Barulah belakangan saya tahu, teori yang diajarkan sejak SD itu memang diambil dari arsip-arsip Belanda. Benar, kan? Sejarah memang milik para pemenang.

Lalu, apa yang sebenarnya melatarbelakangi perang pada 1825-1830 itu?

Syukurlah, referensi peradaban tanah air tidak putus sepenuhnya melalui kelahiran novel Sang Pangeran dan Janissary Terakhir. Inilah novel pertama yang ditulis oleh Ust. Salim A. Fillah. Walaupun, sebagian dari kita mungkin sudah terbiasa mereguk hikmah dalam buku-buku beliau lainnya, yang banyak menuturkan kisah menakjubkan.

Sang Pangeran dan Janissary Terakhir ditulis menggunakan plot maju-mundur dengan sudut pandang orang ketiga. Sesuai judulnya, novel ini tidak hanya menyoroti Pangeran Diponegoro, terutama menjelang berakhirnya masa perang. Melainkan juga petualangan Nurkandam Pasha dan kawan-kawan yang berusaha membantu atas nama pasukan elit Turki Utsmaniyah, Janissary.

Dari situ kita bisa menebak bahwa Perang Diponegoro bukan perang lokal biasa. Demi mengalahkan pasukan multinasional, tidak cukup bermodalkan semangat kesukuan saja.

Sebagai fiksi sejarah, novel setebal 632 halaman ini menyajikan banyak fakta menarik. Mulai dari latar belakang terjadinya perang, alasan mengapa Janissary harus turun tangan, perseteruan Daendels dan Van den Bosch yang bekerja di bawah dua kekaisaran berbeda, hingga kronologi pengasingan Pangeran Diponegoro.

Riset mendalam, sebagai puzzle yang hilang di banyak novel Indonesia, tersusun apik di dalam novel. Kaya diksi, tanpa harus berputar-putar dan sok menyastra. Pembaca juga bisa lebih mengenal aneka makanan khas dari berbagai negara. Namun, terkadang saya masih bingung dengan beberapa gambaran mengenai deskripsi lokasi maupun bangunan. Ya, mungkin karena baru mendengarnya.

Sisi menarik lainnya, berulang kali kata “Maktub” tertuang di tengah dialog. Ini mengingatkan saya pada masterpiece Paulo Coelho, Sang Alkemis. Keduanya sama-sama mengajak kita menginsyafi diri bahwa segala sesuatunya telah tertulis. Termasuk pecahnya Perang Diponegoro, yang ternyata menggelindingkan bola salju kemerdekaan Republik Indonesia.

Bagaimanapun, bagi sebagian orang, sebuah novel masih belum kuat dijadikan sebagai referensi sejarah. Tapi kita berdoa dan berharap, dari yang belum sempurna ini mampu mendorong lebih banyak orang untuk mengupas lebih jauh warisan sejarah bangsanya sendiri.


Judul: Sang Pangeran dan Janissary Terakhir
Penulis: Salim A. Fillah
Penerbit: Pro-U Media
Terbit: 2019
ISBN: 978-623-7490-06-7

Share: