Tidak semua yang berjalan bersisian dengan kita, mempunyai visi yang sama.
Akibatnya, frekuensi semangat dan cara kerjanya pun berbeda.
Bagi mereka yang ingin berinvestasi jangka panjang, maka berinvestasilah dalam membangun tim yang solid. Dan menyamakan visi adalah langkah utamanya.
Itulah mengapa, saya bersama Ust. Abdul Jabar Mohammed dan teman-teman dari Samai Store (Samai Group) pada 19 Juli lalu sowan ke Pesantren Entrepreneur Istana Mulia milik Pak Ayi Muzayini.
"Semua ada caranya," kata beliau sehabis kami menyantap makan siang bersama. "Sudah ada di surat ar-Rahman ayat 33, 'Laa tanfudzuuna illaa bi sulthan'. Bi sulthan itu artinya dengan kekuatan, dengan kekuasaan. Artinya mencapai sesuatu pasti ada caranya."
Beliau juga menceritakan perjalanannya mendirikan Istana Mulia.
"Dulu saya cuma punya tanah 2750 meter persegi. Lalu saya wakafkan, lantas Allah menggantinya dengan 5 hektar. Saya wakafkan kembali, sekarang Allah kasih 72 hektar.
Kalau sudah buat umat, insya Allah, Allah bantu.
Tapi mimpi saya nggak berhenti di sini. Saya ingin wakafkan lagi tanah yang ada. Istana Mulia sendiri punya beberapa pilar utama yang mau dikembangkan. Mulai dari pasar rakyat, pusat wisata halal, pusat herbal, pusat manasik haji terbesar, properti, dan banyak lagi."
Penyebutan nama Istana Mulia, menurutnya, memang agar umat ini punya sesuatu nan megah yang bisa dibanggakan. Termasuk ketika membangun Istana Yatim, supaya anak-anak yang dibina tidak merasa inferior tinggal dalam sebuah panti. Mereka harus bangga karena hidup di dalam istana.
Beliau juga menambahkan, untuk mencapai seluruh cita-cita tersebut, kita harus punya karakter seorang Masterpreneur.
"Saya punya istilah begini. Ada Santripreneur, Karyawanpreneur, Entreprenur, dan Masterpreneur.
Santripreneur itu kita belajar dulu dasar-dasarnya bisnis. Dan di Istana Mulia ini semuanya adalah Santripreneur. Nggak pandang umur. Siapa yang datang dan ingin belajar, maka ia adalah seorang Santripreneur.
Selanjutnya, kamu menjadi Karyawanpreneur. Ikut kerja sama orang. Tapi bukan sekadar kerja, lebih tepatnya belajar yang dibayar. Kamu serap ilmu di dalam perusahaan, bukan sekadar mengejar gaji. Susah dan senang dijalani bersama perusahaan. Jangan perusahaan lagi jatuh, kita main keluar. Jangan prestasi lagi buruk, mundur begitu saja.
Tantang diri, misalkan tujuh tahun setelah bekerja, kamu punya bisnis sendiri. Jadilah Entrepreneur! Keluar dari perusahaan dengan pencapaian yang bagus.
Kemudian menuju Masterpreneur. Belajar dari Abdurrahman bin Auf yang menjelang ajalnya minta kepada Allah agar dimiskinkan, tapi hartanya justru terus bertambah. Jadilah orang yang dikejar harta, bukan sebaliknya."
Obrolan yang berakhir menjelang sore itu ditutup dengan narasi besar lain menuju 999 Hektar dan 3T.
Begitu banyak mimpi untuk memberdayakan umat, yang berarti juga semakin banyak pekerjaan yang harus diselesaikan, amanah yang wajib ditunaikan, serta batu bata yang perlu disusun dengan rapi dan cekatan.
Semoga Allah Ta'ala meridhai mimpi ini dan memberikan kemudahan serta keluasan jalannya.